Hukum Percaya Ramalan Dalam Islam

 Baik ramalan perihal masa kemudian atau masa depan Hukum Percaya Ramalan dalam Islam

Percaya pada ramalan hukumnya haram. Termasuk ramalan nasib, ramalan bintang zodiak, ramalan jodoh dan perkawinan, dll. Baik ramalan perihal masa kemudian atau masa depan. Contoh ramalan masa kemudian ibarat ramalan perihal siapa pencuri barang yang hilang atau berada di mana barang yang hilang tersebut. Contoh ramalan masa yang akan tiba ibarat apa yang akan terjadi apabila laki-laki A menikah dengan perempuan B. Apa yang akan menimpa perempuan C apabila menikah dengan laki-laki D, dan seterusnya. Dosa dari percaya ramalan termasuk dalam kategori dosa besar. Az-Zahabi dalam kitab Al-Kabair memmasukkannya ke dalam dosa besar nomor 46. Oleh alasannya yaitu itu, tidak mempercayai ramalan yaitu hal terbaik bagi seorang muslim yang ingin akad pada aliran syariah Islam.

DAFTAR ISI
  1. Dalil Dasar Haramnya Percaya Ramalan
    1. Pengertian Hadits
    2. Pendapat Ulama Ahlussunnah
    3. Pendapat Ulama Wahabi
  2. Wasiat, Hibah dan Waris
  3. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

DALIL DASAR HARAMNYA PERCAYA RAMALAN

- QS An Naml :65

قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللَّهُ
Artinya: Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.

- QS Al-Araf :188

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلا ضَرّاً إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya saya mengetahui yang ghaib, tentulah saya menciptakan kebajikan sebanyak-banyaknya dan saya tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa isu besar hati bagi orang-orang yang beriman".

- QS Al-Jin :26-27

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً . إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً
Artinya: (Dia yaitu Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak mengatakan kepada seorangpun perihal yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sebetulnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.

- QS Al Mulk :5

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُوماً لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang bersahabat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

- Hadits sahih riwayat sejumlah perawi hadits dalam kitab-kitab hadits mereka yaitu Sahih Muslim VII/37; Sunan Abu Daud IV/21; Musnah Ahmad IV/68; Sunan Tirmidzi I/242; Sunan Ibnu Majah I/404. Teks hadits sbb:
مَنْ أتى عَرَّافًا فَسَأَلهُ عَنْ شَئٍ لم تقْبَل لَهُ صَلاةُ أربعينَ ليلةً
Artinya: Barnagsiapa yang tiba ke tukang ramal kemudian mempercayai apa yang dikatakan maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari.

Teks hadits riwayat Abu Daud sbb:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ
Teks hadits versi Ahmad dan perawi hadits lain (Ashabus Sunan) dari Abu Hurairah sbb:

من أتى كاهنا أو عرافا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه و سلم
Artinya: Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau peramal, kemudian ia percaya pada apa yang dikatakan maka ia telah mengingkari (kufur) syariah Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad s.a.w.

- Hadits sahih riwayat Muslim no. 537

عن معاويةَ بنِ الحكم السُّلمي رضي الله عنه قال: «قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ ! أُمُورًا كُنَّا نَصْنَعُهَا فِي الجَاهِلِيَّةِ، كُنَّا نَأْتِي الكُهَّانَ قَالَ: فَلاَ تَأْتُوا الكُهَّانَ»
Artinya: Ya Rasulullah, dulu kami banyak melaksanakan sesuau di masa Jahiliyah. Dulu kami biasa tiba ke tukang ramal. Nabi bersabda: Jangan tiba ke dukun tukang ramal.

- Hadits riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah

من اقتبس شعبة من النجوم، اقتبس شعبة من السحر، زاد ما زاد
Artinya: Barangsiapa yang mengambl bab dari ilmu perbintangan, maka ia telah mengambil bab dari ilmu sihir.


PENGERTIAN HADITS

As-Syaukani dalam Nailul Autar I/268 disebutkan: kata "arraf" atau dukun peramal yaitu seseorang yang membahas perihal barang yang dicuri atau yang hilang dimana keberadaan barang itu dan siapa pencurinya dan apa sifatnya. Termasuk dalam kategori "arraf" yaitu hebat nujum. Adapun orang yang pergi pada peramal untuk bertanya perihal sesuatu semoga dukun itu memberitahu daerah barang yang dicuri atau hilang, maka tidak diterima pahala shalatnya selama 40 hari dan malam selain dosa yang ditimpakan padanya. Baik shalat fardhu atau sunnah.

Adapun makna "lam tuqbal (tidak diterima)" artinya ia tidak menerima pahala. Bukan tidak sah shalatnya.

Termasuk dalam kategori "arraf" yaitu orang yang menggunakan media cangkir dan kopi atau media lain ibarat kartu, dll untuk melaksanakan ramalan.


PENDAPAT ULAMA AHLUSSUNNAH

Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah yaitu ulama madzhab yang empat, ulama Asy'ariyah dan ulama kontemporer yang bukan Wahabi.

ADZ-DZAHABI

Az-Dzahabi dalam kitab Al-Kabair memasukkannya ke dalam dosa besar ke-46. Dengan dasar dalil dari Alquran dan hadits Az-Zahaby menyatakan lihat detail: https://doaselamatan.blogspot.com/search?q=#9

PENDAPAT SEBAGIAN ULAMA SALAF

Sebagian ulama memerinci aturan dari soal ini sebagai berikut:
إن سأله معتقدا صدقه ، وأنه يعلم الغيب فإنه يكفر .
ـ فإنْ اعتقد أنَّ الجن تُلْقِي إليه ما سمعته من الملائكة أو أنه بإلهام فصدقه من هذه الجهة لا يكفر
Artinya: Apabila seseorang bertanya pada dukun ramal serta yakin atas kebenarannya bahwa dukun itu mengetahui masal gaib, maka hukumnya kafir. Apabila orang yang tiba ke dukun itu meyakini bahwa yaitu jin yang membisikkan pada dukun itu mendengar dari malaikat atau melalui inspirasi kemudian percaya dari arah ini maka tidak kafir.

BA ALWI DALAM BUGHIYAH MUSTARSYIDIN

Dalam kitab Ghayatu Talkhishi Al-Murad min Fatawi ibn Ziyad, Hamisy Bughyatul Mustarsyidin, hal. 206 ; dijelaskan bahwa selagi tetap meyakini bahwa penentu untung dan sial itu Allah, maka tidak apa-apa


مسألة: إذا سأل رجل آخر: هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أو النقلة؟ فلا يحتاج إلى جواب، لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجراً بليغاً، فلا عبرة بمن يفعله، وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه إن كان المنجم يقول ويعتقد أنه لا يؤثر إلا الله، ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا، والمؤثر هو الله عز وجل، فهذا عندي لا بأس به، وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات

Artinya: Jika seorang bertanya kepada orang lain, apakah malam tertentu atau hari tertentu cocok untuk pernikahan atau pindah rumah? Maka tidak perlu dijawab, alasannya yaitu syariat melarang meyakini hal yang demikian itu bahkan sangat menentang orang yang melakukannya. Ibnul Farkah menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Syafii bahwa jikalau hebat astrologi berkata dan meyakini bahwa yang mempengaruhi yaitu Allah, dan Allah yang menjalankan kebiasaan bahwa terjadi demikian di hari demikian sedangkan yang mempengaruhi yaitu Allah. Maka hal ini berdasarkan saya tidak apa-apa, alasannya yaitu yang dicela apabila meyakini bahwa yang kuat yaitu nujum dan makhluk-makhluk (bukan Allah).

AS-SYAUKANI

As-Syaukani dalam kitab Nailul Authar I/368 menyatakan bahwa yang dimaksud "faqod kafara" (ia menjadi kafir) yaitu kufur majazi bukan kufur haqiqi berdasarkan sebagian pendapat. Lebih detail, As-Syaukani menyatakan:
قوله: فقد كفر ظاهره أنه الكفر الحقيقي، وقيل هو الكفر المجازي، وقيل من اعتقد أن الكاهن والعراف يعرفان الغيب ويطلعان على الاسرار الإلهية كان كافرا كفرا حقيقيا، كمن اعتقد تأثير الكواكب وإلا فلا.
Artinya: Kata hadits "maka ia menjadi kafir" secara pemahaman dzahir (eksplisit) ia kufur haqiqi. Menurut satu pendapat yaitu kufur majazi. Menurut pendapat lain: barangsiapa yang meyakini bahwa dukun ramal itu mengetahui urusan mistik dan melihat belakang layar ilahiah (ketuhanan) maka ia menjadi kafir haqiqi sebagaimana orang yang meyakini dampak perbintangan. Apabila tidak ibarat itu, maka tidak dianggap kafir.

YUSUF QARDHAWI

Dalam salah satu fatwanya terkait fenemona banyaknya orang yang suka membaca ramalan bintang di media, Qardhawi menyatakan:

ولو وعى الناس وفقهوا أن الغيب لا يعلمه إلا الله، وأن نفسًا لا تدري ماذا تكسب غدا، وأن التهجم على ادعاء الغيب ضرب من الكفر، وأن تصديق ذلك ضرب من الضلال، وأن العرافين والكهنة والمنجمين وأشباههم كذبة مضللون - ما نفقت سوق هذا الباطل، ولا وجد من يكتبه أو يقرؤه بين المسلمين
Seandainya umat Islam sadar dan mengerti bahwa perkara ghaib hanya sanggup diketahui oleh Allah, dan bahwa seseorang tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok, dan bahwa mengaku tahu perkara ghaib itu bab dari kekufuran, dan bahwa mempercayai hal itu bab dari kesesatan, dan bahwa tukang ramal, dukun dan bahwa hebat ilmu nujum dan serupa dengan itu yaitu para penipu yang menyesatkan-- maka pasti terjebak pada kebatilan ini dan pasti tidak ada orang muslim yang akan menulis atau membaca ramalan bintang. Selengkapnya baca: http://www.qaradawi.net/fatawaahkam/30/1536--q-q.html

Intinya, Qardhawi beropini bahwa haram hukumnya menciptakan ramalan bintang (zodiak), mempercayai dan menerbitkannya.


PENDAPAT ULAMA WAHABI

Sulaiman bin Abdullah dalam kitab Taisir al-Aziz al-Hamid fi Sharh Kitab at-Tauhid I/358 menyatakan:
bahwa orang yang tiba meminta ramal ke dukun tukang ramal yaitu kafir apabila mempercayai ucapan peramal tersebut. Teks aslinya sebagai berikut:

"قال بعضهم لا تعارض بين هذا الخبر وبين حديث من أتى عرافا فسأله عن شيء لم تقبل له صلاة أربعين ليلة إذ الغرض في هذا الحديث أنه سأله معتقدا صدقه وأنه يعلم الغيب فإنه يكفر فإن اعتقد أن الجن تلقي اليه ما سمعته من الملائكة أو أنه بإلهام فصدقه من هذه الجهة لا يكفر كذا قال وفيه نظر وظاهر الحديث أنه يكفر متى اعتقد صدقه بأي وجه كان لاعتقاده أنه يعلم الغيب وسواء كان ذلك من قبل الشياطين أو من قبل الإلهام لا سيما وغالب الكهان في وقت النبوة إنما كانوا يأخذون عن الشياطين وفي حديث رواه الطبراني عن واثلة مرفوعا من أتى كاهنا فسأله عن شيء حجبت عنه التوبة أربعين ليلة فإن صدقه بما قال كفر قال المنذري ضعيف فهذا لو ثبت نص في المسألة لكن ما تقدم من الأحاديث يشهد له فإن الحديث الذي فيه الوعيد بعدم قبول الصلاة أربعين ليلة ليس فيه ذكر تصديقه والأحاديث التي فيها اطلاق الكفر مقيدة بتصديقه"

Abdurrahman bin Hasan dalam kitab Fathul Majid Sharh Kitab at Tauhid I/283 menyatakan: Menurut dzahirnya hadits hukumnya kafir orang yang meyakini kebenaran ramalan. Sebelum Islam datang, dahulu dukun peramal mengambil ramalan dari setan. Teks aslinya sebagai berikut:

وقال الشيخ عبد الرحمن بن حسن رحمه الله في فتح المجيد شرح كتاب التوحيد - (1 / 283)
"من أتى كاهنا قال بعضهم لا تعارض بين هذا وبين حديث من أتى عرافا فسأله عن شئ لم تقبل له صلاة أربعين ليلة هذا على قول من يقول هو كفر دون كفر أما على قول من يقول بظاهر الحديث فيسأل عن وجه الجمع بين الحديثين وظاهر الحديث أن يكفر متى اعتقد صدقه بأي وجه كان وكان غالب الكهان قبل النبوة إنما كانوا يأخذون عن الشياطين "

Sumber https://www.alkhoirot.net
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: